Advertising

Wednesday, June 18, 2008

Kenapa anak suka ngompol ?

Sebagian ibu kesal dan kecewa menghadapi balitanya ngompol. Sebagian lagi menanggapinya dengan tenang karena menganggapnya wajar. Bagaimana sebenarnya? Seperti diutarakan psikolog anak, Hanny Savitri Wreksono, "Anak-anak seharusnya sudah mampu mengontrol kandung kemihnya sejak usia 2 tahunan. Kecuali jika ada masalah biologis, seperti otot-otot pengontrolan kandung kemih kurang baik atau mungkin kapasitas kandung kemihnya relatif kecil dibanding anak-anak lain seusianya. Biasanya kalau faktor biologis tak ada waktu kering, karena itu sudah terjadi dari awal."

Para ahli lain pun mengatakan, anak-anak bisa dilatih untuk tak mengompol pada usia 2-3 tahun. Bahkan, ada yang mengatakan, sejak usia 18 bulan pun sudah bisa dilatih. Menurut buku The Disney Encyclopedia of Baby and Child Care, kebanyakan anak berhasil melakukan toilet training antara usia 2-4 tahun. "Latihan ke kamar mandi atau toilet training itu penting. Kadang orangtua berpikir, ah, nanti, kan, anak juga bisa sendiri. Padahal tidak begitu, karena memang harus ada latihan sejak ia masih kecil. Toilet training bertujuan mengatur anak agar ia bilang jika ingin buang air kecil atau besar atau pergi sendiri ke kamar mandi sebelum pipis." jelas lulusan Fakultas Psikologi UI ini.

Jika anak belum bisa bicara, ia sudah harus bisa memberi isyarat atau mengatakan dengan istilah tertentu (misalnya, "Saya mau io") atau dengan gerak tertentu yang menggambarkan ia mau ke kamar mandi atau ke tempat yang sudah ditentukan seperti pispot. "Ajarkan cara itu berulang-ulang sehingga lama-kelamaan anak mengerti," kata Hanny yang sedang mendalami Cognitive Psychology di The University of Auckland, New Zealand ini.

Soal Emosional

Anak-anak dengan toilet training kurang baik sehingga pengontrolan kandung kemihnya juga belum baik, memungkinkan ia untuk mengompol di kemudian hari. Tapi, jika selama ini ia tak pernah mengompol (karena Anda sudah melatihnya dengan baik), lalu tiba-tiba ia mengompol, Anda perlu curiga. Jangan-jangan ia punya masalah emosional. Coba Anda selidiki. Misal, apakah ia punya masalah di sekolahnya? Apakah ia baru saja dimarahi gurunya? Apakah ia bertengkar dengan temannya? Atau, Anda baru saja memberinya seorang adik? Atau mungkin ia cemas karena akan menghadapi perpisahan dengan Anda yang tak lama lagi akan bersalin?
Masih banyak lagi masalah emosional yang bisa menyertai perilaku mengompol. Antara lain, situasi stres seperti keadaan sakit, ayah-ibu bercerai, dan lainnya. Yang justru jarang terjadi ialah mengompol yang disebabkan kondisi medis seperti infeksi saluran air seni atau penyakit kencing manis. Hanny malah menemukan, sekitar 75 persen kasus mengompol disebabkan faktor emosional. "Anak-anak, kan, belum bisa menyalurkan kecemasannya. Mereka hanya mengerti bahwa mereka merasa tak enak, tapi tak tahu bagaimana cara melampiaskannya dengan tepat," terang Hanny.

Akhirnya, yang muncul ialah perilaku-perilaku yang tak biasanya, yang pada setiap anak berbeda bentuknya. Ada yang kemudian menjadi over acting, lebih aktif dari biasanya, atau malah jadi murung, cengeng, atau pendiam. "Pada anak yang lain, mungkin mengompol yang muncul," jelas staf pengajar di Fakultas Psikologi UI ini. Karena begitu banyak masalah emosional yang bisa menyebabkan anak mengompol, maka tindak mengatasinya pun berbeda-beda, tergantung masalah yang dihadapi anak. Jika Anda menemui kesulitan atau mungkin Anda tak dapat menemukan masalah emosional apa yang dihadapi anak, ada baiknya Anda konsultasi ke psikolog anak. Tapi jika faktor biologis yang jadi penyebab, Anda perlu memeriksakan si kecil pada dokter spesialis anak. Jika masalahnya karena toilet training kurang baik, berarti Anda harus melatihnya kembali.

Latihan Malam

"Perhatikan jam berapa kira-kira ia biasa mengompol. Ini memang akan merepotkan Anda karena berarti Anda harus bangun sebelum jam tersebut untuk mengajak ia ke kamar mandi atau ke tempat yang sudah ditentukan seperti pispot," nasehat Hanny. Tapi, jangan menggendong atau menuntunnya dari tempat tidur ke kamar mandi atau pispot, menurunkan celananya dan menempatkan ia pada posisi yang tepat agar air seni mengalir langsung ke tempat pembuangan. Lalu menaikkan kembali celananya dan menggendong atau menuntunnya kembali ke tempat tidur dan membaringkannya. Cara yang tepat, seperti ditulis seorang ahli, berjalanlah bersamanya, tuntun tangan kecilnya ke kancing celana sampai ia membukanya sendiri. Meski mungkin ia hanya setengah terjaga, tapi sebagian pikirannya yang sadar akan tahu apa yang harus ia lakukan. Setelah kandung kemihnya kosong, bimbing kembali tangannya untuk mengancingkan celananya, lalu berjalan bersamanya kembali ke tempat tidur.

Jika Anda punya kebiasaan menaruh perlak karet di tempat tidurnya, Anda harus menyingkirkan perlak itu. Begitu pun jika Anda punya kebiasaan memakaikan diapers. Biarkan ia tidur memakai celana biasa. Katakan padanya dengan lemah lembut sambil tersenyum bahwa Anda berdua akan berusaha menghentikan kebiasaannya mengompol. "Sebuah perubahan dramatis dari kebiasaan rutin, serta pendekatan baru dan tegas, tanpa keragu-raguan, kerap merupakan kunci keberhasilan," kata si ahli.

Jika Anda tetap meletakkan perlak karet atau memakaikan diapers, ia tak akan melihat hal baru dalam kebiasaan rutinnya dan berpikir ia "diharapkan" akan terus mengompol. Sebaiknya, suruh ia buang air kecil waktu ia akan berangkat tidur. Lalu, menjelang Anda sendiri berangkat tidur, ajak ia turun dari tempat tidurnya untuk buang air kecil.

Latihan Siang

Untuk mengompol yang terjadi siang hari, dianjurkan menggunakan jam guna mengatasinya. Gunakan jam weker yang bisa distel berbunyi untuk mengingatkan anak bahwa ia hanya boleh pergi ke kamar mandi, misalnya, tiap dua jam. Secara bertahap tingkatkan jarak waktunya dengan deringan weker untuk memberi isyarat kapan ia harus mengosongkan kandung kemihnya. Sementara jarak waktu makin lama, otot saluran kencingnya pun makin kuat. Ini akan membuatnya makin jarang buang air kecil disiang hari dibanding sebelumnya. Tentu saja Anda harus mengatakan padanya segala hal mengenai latihan di siang hari dan bagaimana latihan itu akan membantunya berhenti mengompol di waktu malam. Beri imbalan setiap kali ia berhasil melakukan latihan itu.

Hadiah dan hukuman

Anda wajib memberi ia hadiah atau imbalan jika si kecil berhasil tak mengompol. Peluk ia dan beri pujian pada pagi harinya. Katakan padanya, "Bunda senang sekali kau tidak mengompol semalam." Anda boleh menambahkan dengan imbalan lain seperti permen atau makanan kesukaannya. Imbalan sangat berarti bagi anak. Ia merasa dihargai dan itu akan mendorongnya untuk mengulangi lagi perbuatan tersebut. Imbalan yang Anda berikan merupakan salah satu kunci keberhasilan ia dalam mengatasi masalah mengompol.

Sebaliknya, jika ia tetap mengompol, Anda perlu memberinya hukuman tapi bukan berupa kemarahan. Sebab, kemarahan Anda bisa membuatnya takut, yang membuatnya malah mengompol lagi. Sebaiknya, beri ia hukuman sesuai dengan perilaku mengompolnya. Misal, ia ditugaskan membersihkan bekas ompolnya, bersama-sama Anda. Ia harus tahu, akibat mengompolnya tak menyenangkan, baik bagi dirinya maupun orang lain. Anda juga bisa menghukumnya dengan tak mengizinkannya memainkan permainan tertentu yang ia sukai atau nonton acara teve kesayangannya pada hari ia mengompol.

Tips Umum

  1. Usahakan ia tak banyak minum sebelum tidur.
  2. Latih ia menggunakan toilet sebelum tidur.
  3. Bangunkan ia untuk menggunakan toilet sebelum Anda tidur.
  4. Setel alarm weker pada jam biasanya anak mengompol malam, agar ia bisa bangun untuk menggunakan toilet.
  5. Hubungi dokter jika ia: - masih mengompol setelah usia 5 tahun. - mulai mengompol lagi setelah lama kering. - punya kesulitan mengontrol kandung kemih tiap hari maupun malam. - punya kesulitan mengontrol kandung kemih setiap hari maupun malam.

Mengompol Karena Kelainan Organik

Dari segi medis, mengompol di usia 3-5 tahun masih wajar. Sebab, pada waktunya nanti, kebiasaan itu akan berhenti dengan sendirinya. "Lebih dari 50 persen anak usia 3-5 tahun masih mengompol. Tapi jika usianya lebih dari 5 tahun, harus menjadi perhatian. Sebab, sekitar 50-80 persen anak usia itu, seharusnya sudah tak mengompol lagi. Jika ia masih ngompol, dianggap abnormal," jelas dokter spesialis anak dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM ini. Kendati demikian, lanjutnya, tak bisa dipastikan anak mengalami kelainan di saluran kencingnya. "Harus dicari apakah ada kelainan organik atau tidak," ujarnya.

Faktor penyebab mengompol, lanjut Prof. Husein, biasanya bersifat psikologis. Umumnya dialami anak-anak dengan status sosial ekonomi rendah, anak sulung yang dimanja, atau anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang. "Itu semua menimbulkan hambatan psikologis, sehingga anak yang seharusnya sudah berhenti ngompol, jadi lebih panjang mengompolnya," jelasnya.

Pemeriksaan ada-tidak kelainan organik (semisal infeksi dan kelainan bawaan) perlu dilakukan jika anak masih mengompol di atas usia 5 tahun. Bisa saja terjadi, anak mengalami kelemahan di saluran kencing atau kandung kemih. Ini berkaitan dengan antibodi. "Setiap anak punya kelemahan. Ada yang gampang mencret, ada yang gampang batuk-pilek, dan sebagainya. Dalam kaitan dengan mengompol, sejumlah anak lemah pada saluran kencingnya hingga mudah terkena infeksi," kata Prof. Husein.

Nah, jika infeksinya diobati, ngompolnya akan hilang. Tapi pada saat infeksinya kambuh, "Ya, dia ngompol lagi," jelas konsultan penyakit ginjal pada anak ini. Gejala kelemahan pada kandung kemih antara lain anyang-anyangan, sakit waktu buang air kecil, dan mengedan saat buang air kecil. Pada anak yang memiliki kelainan bawaan, gejalanya sudah terlihat dari awal, yakni basah terus karena kencingnya sering menetes, sehingga tak ada waktu kering sama sekali. Bukan cuma waktu malam, tapi juga pagi dan siang. Sementara ngompol yang diakibatkan infeksi, sebelumnya ada waktu kering dan mengompol hanya terjadi waktu malam. Ini karena anak tak sadar dan belum mampu menguasai tubuhnya sendiri di waktu malam.

Di sisi lain, mengompol juga bisa terjadi karena kapasitas kandung kemih yang kecil. "Sekitar 1-2 persen anak memiliki kandung kemih kecil dibanding anak seusianya. Tapi ini akan membesar sendiri nantinya dengan perjalanan waktu," jelas Prof. Husein. Tindakan medis yang dilakukan ialah pelatihan. Anak dilatih menahan buang air kecil. Ia hanya boleh buang air kecil pada waktu-waktu yang sudah ditentukan.

Faktor lain terjadinya ngompol ialah tak ada keseimbangan antara otot detrusor di kandung kemih dan ototsfingter di leher kandung kemih. Jika anak buang air kecil, otot detrusor akan mengalami kontraksi dan otot sfingter membuka. Jika anak belum punya keseimbangan, maka sfingternya akan membuka sebelum terjadi kontraksi otot detrusor. Akibatnya, terjadilah mengompol. "Sekitar 90 persen mengompol disebabkan faktor ketidakseimbangan ini. Tapi tak usah cemas, karena suatu saat nanti akan tercapai sendiri keseimbangan itu. Diharapkan pada usia 5 tahun sudah seimbang. Jadi, tak perlu dilakukan pengobatan atau pelatihan," kata Prof. Husein.

Karena itu, anjur Prof. Husein, pemeriksaan medis sebaiknya dilakukan setelah anak usia di atas 5 tahun. "Di bawah usia 5 tahun tak harus diperiksakan ke dokter. Kecuali ada gejala lain yang menyertainya seperti sering panas dan kencingnya menetes atau basah terus," katanya.

Sumber : tabloid nakita

No comments: